Minggu, 22 Januari 2017

Diam

Di malam ini, di balik semua kejadian hari ini, aku tak bisa lupa dengan beberapa jam yang kita habiskan berdua sesaat yang lalu. Saat aku mendengar keluh kesahmu, dan tak semua ceritamu menarik untukku. Akupun menghela nafas sejenak, berfikir, kenapa hati ini terasa berat ketika kau menceritakan sosok pria yang kau yakini, bahkan aku merasakan lebih perih saat dimana senyummu mengiringi ceritamu tentang pria itu, seolah-olah dia telah menjadi alasanmu tersenyum malam ini.
Aku tak tahu apa maksud hatiku, mungkin terlalu dini bagiku untuk menyimpulkan, aku juga takut ketika rasa ini tumpah, tapi tidak kau tadah.
Ini sangat menggangguku, dimulai peristiwa dimana saat kita jalan berdua, berbagi cerita hidup berdua, otak ini bergemuruh, penuh dengan hal akan tentangmu, tatap matamu yang tipis tapi menenangkan, nada bicaramu yang seakan-akan bagai lonceng pergantian jam, ya, selalu mendengung di kepalaku, otak ini sangat ribut, bahkan terlalu ribut menyerukan namamu, ini sangat sangat menggangguku.
Aku angkat kepalaku hingga ku lihat langit-langit rumahku, ingin aku hilangkan perasaan ini, tapi apa gunanya? hati bagai kertas putih, dimana setiap tintah yang di tumpahkan, akan meninggalkan bekas dan jejak, seberapa keraspun usahamu tuk menghapus.
Harus aku akui bahwa aku tertarik denganmu, ingin lebih dari sekedar status kita hari ini, lebih dan lebih. Haruskah aku tuturkan sebelum pria itu mempertegas statusnya sebagai lelakimu ? Bagaimana jika status kalian sudah "pasangan" ? Di saat yang sama, aku sangat takut kehilangan sosokmu dalam hari-hariku, apa aku siap? Entahlah.
Tapi aku pastikan, aku tak bisa ungkapkan semua itu, selama ceritamu tentang pria itu masih sering kita perbincangkan.
Inilah yang tidak aku sukai, "jatuh cinta", dimana kita ingin memiliki yang bukan milik kita .